cerpen

Siang ini terasa begitu redup bagiku, meskipun ku tau matahari telah sepenuh hati menyinari dunia ini… Tapi, aku harus rela cahayaku terhalang oleh ribuan pertanyaan di benakku…
Mengapa dia harus pergi?
Mengapa dia harus meninggalkanku?
Mengapa dia harus membiarkan aku sendiri?
Dan masih banyak pertanyaan lainnya…
Sore ini seperti biasa aku melakukan rutinitasku bersama kris kekasihku.. Yaitu menghabiskan waktu bersama sampai waktu senja menghampiri.. Saat itu dia sangat manja dan menggemaskan, entah mengapa rasanya sebentar pun dia tak ingin menjauh dariku.. Sampai ketika waktu telah berlalu dan saatnya kita untuk pulang, dia tetap tak ingin melepaskan tanganku yang erat digenggamnya.
“nggak mau pulang ahh.. Kan masih jam 5.. Lagian aku masih kangen sama kamu” katanya dengan nada manja sambil merangkulku.
“iya tapi kita harus pulang.. Nanti kamu dimarahin mama lagi..” balasku menyarankan.
“mama nggak akan marahin aku lagi kok.. Kamu tenang aja.. Sekarang aku pengen waktu yang tersisa ini aku kasih cuman buat kamu.. Kamu harus janji yah.. Kamu harus bahagia..” gumamnya sedih.. Sambil bersandar di bahuku.
“ihh lebay banget dehh.. Udah ah jangan ngomong gitu.. Nggak suka.. Yuk kita pulang” kataku cemberut sambil berdiri. Dia pun menyusulku berdiri dan membuat kita menjadi berhadapan.
“niken.. Aku mau pulang kalo kamu janji dulu.. Kamu harus bahagia yahh, jangan biarin setetes air mata membasahi wajah kamu.. Yahh?” dengan tatapannya, lalu aku pun mengangguk.
“iya.. Aku bakal selalu bahagia kok.. Aku janji.. Asal kamu juga janji selalu ada di samping aku”
Tanpa menjawab apapun dia tiba-tiba memelukku dan mengatakan “i love you!!”
Walaupun tak mengerti dengan tingkahnya aku pun menjawab “i love you too”.
Lalu dia pun mengantarku pulang sampai di depan rumah.
Ketika aku hendak masuk ke rumah.. Dia memanggilku dan berkata “niken.. Dimanapun kamu berada.. Aku pasti selalu ada di samping kamu.. Kamu harus ingat itu”
Aku pun tersenyum dan melihat ia pergi sampai belokan hingga dia tak terlihat lagi.
Hari ini aku seneng banget.. Jarang jarangnya dia so sweet kayak tadi, yaa walaupun agak lebay.. Hhehe..
Keesokan harinya.. Seperti biasa aku menunggunya menjemputku di depan rumah. Setelah 1 jam berlalu ia tak muncul juga.. Sudah beberapa kali aku telpon dia nggak juga menjawab telpon dariku.
“ihh kemana sih dia.. Lama banget.. Mana udah siap siap lagi.. Atau aku ke rumahnya aja kali yaa.. Mungkin dia sakit..” dan aku pun berinisiatif untuk pergi ke rumahnya naik motor.
Setelah sampai di rumahnya kulihat banyak orang yang lalu lalang disana. Aku pun masuk ke halaman rumahnya, kulihat di depan pintu ada kak isma kakaknya kris yang memang sudah dekat denganku.
Dia terlihat menangis dan tertunduk sedih.. Aku pun menghampirinya.
“kak isma kenapa?” tak mampu menahan tangis dia pun memelukku erat erat.
“ada apa kak isma.. Jelasin sama aku..” aku pun mulai heran dan jantungku berdegup kencang.
Tanpa berkata kata dia pun masuk dan meninggalkanku.
Di pojok kulihat om farid papanya kris sedang memarahi reza dan sahabatnya reza si refi. Aku pun menghampirinya.. Kulihat mereka kaget melihatku disitu, termasuk om farid yang sedari tadi memarahi mereka berdua.
“ada apa ini om? Kenapa om marah marah sama reza dan refi? Dan aku dengar om akan menyerahkan mereka ke kantor polisi? Sebenernya ada apa om?” tiba-tiba om farid pergi meninggalkan kami.
“maafin gua ken..” kata reza dengan sedih.
“maaf buat apa? Gua jadi makin nggak ngerti deh.. Kalian liat kris nggak sih? Kok hari ini dia nggak jemput gua yah? Aneh..” kataku. Reza dan refi saling bertatapan dan saling mengangguk.
Karena mereka hanya diam aku pun berfikir aku harus masuk ke rumahnya untuk mengetahui ada keributan apa di dalam.
Setelah masuk, begitu kagetnya aku ketika kulihat tulisan sterofoam bertaburkan bunga yang menuliskan “turut berduka cita, kristian affendo permadi” lalu hilanglah kesadaranku hingga membuat aku ambruk di lantai.
Ketika sadar aku melihat sekelilingku, ternyata aku di kamar kak isma, ya jelas aku tau.. Karena aku sering main disana, dan di sampingku kini ada kak isma. Dia pun membantu aku bangun dan memberiku segelas air.
“kak apa bener..” belum sampai ku berbicara sudah ia jawab.
“bener de..” kata kak isma dengan tatapan kosongnya. “maaf yah de.. Tadi kakak nggak tega ngomong ini sama kamu, tapi kakak pikir lagi, kamu emang harus tau.. Kalo kris udah nggak di sisi kita lagi.. Dia sudah pergi.. Kemarin, mungkin setelah main dengan kamu dia pulang dan menitipkan secarik kertas ini ke kakak.. Katanya buat kamu..” diberikannya secarik kertas, air mataku pun tak terasa telah berlinang di pipiku. Lalu ia melanjutkan perkataannya “lalu dia pergi lagi, ternyata dia ditantang reza dan refi untuk balapan motor.. Dan ternyata mereka berdua sudah merencanakan ini, mereka merusak rem motor kris sebelum balapan itu dimulai.. Dan…” tak mampu lagi berbicara kak isma pun manangis sejadi-jadinya.
Entah apa perasaan hatiku ini,rasanya aku ingin sekali langsung pergi dari sana. Dan hanya 1 tujuan ku dari semua amarahku yaitu menghampiri reza dan refi. Aku pun berlari keluar dan menghampiri meraka berdua, lalu ku tampar kedua anak itu.
“hehh.. Apa sih salah gue sama kalian hah? Kenapa kalian tega ngambil orang yang paling berharga di hidup gue? Kalian tuh nggak tau gimana rasannya jadi gua.. Gimana ancurnya gua.. Kalo kayak gini lebih baik kalian bunuh gua juga.. Ayoo” bentakku sambil tangisku terus tak terkendali.
“yaa karena itu maafin gua..” kata reza.
“maaf? Terlambat tau nggak.. Apa kata maaf itu bisa ngembaliin kris kesini? Hah? Nggak…” bentakku lagi.
Karena tak kuasa menahan semuanya aku pun langsung pergi dan langsung ke tempat terakhir kris bersamaku. Disana aku hanya diam dan menangis sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.
Tak lama kemudian terasa sentuhan angin yang serasa memelukku saat itu, aku pun berfikir dan mulai melihat secarik kertas yang sedari tadi kupegang. Yang bertuliskan.
“ingat janjimu kau harus selalu bahagia, dan aku akan selalu ingat janjiku aku akan selalu di sampingmu dimanapun kamu ada”
Dan mungkin pertanyaan pertanyaan yang selalu kutanyakan adalah sebuah ungkapan betapa aku sangat merindukanmu di sisiku.

Cerpen Karangan: Fanny Murty Dewi

Share on Google Plus

About Windha

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar